Singkawang (bimasbuddha) – Pembimas Buddha Kanwil Kemenag
Prov. Kalbar menghadiri Pembinaan Guru Pendidikan Agama Buddha Singkawang yang
diselenggarakan oleh PLT. Kasi Bimas Buddha Kantor Kemenag Kota Singkawang
Kegiatan yang diselenggarakan pada hari Minggu (3 Desember 2017)
di Dayang Resort Jalan Raya Pasir Panjang KM. 15 Singkawang dengan mengundang 44
peserta yang terdiri dari guru Pendidikan Agama Buddha PNS dan Non PNS se- Kota
Singkawang. Kegiatan yang bertajuk “Kita Wujudkan Guru Pendidikan Agama Buddha Kota
Singkawang Yang Professional Dan Berkarakter” dibuka langsung oleh Kepala
Kantor Kementerian Agama Kota Singkawang dengan didampingi oleh Pembimas Buddha
dan Kasubag Tata Usaha sekaligus selaku Plt. Kasi Bimas Buddha Kota Singkawang.
Saryono selaku Pembimas Buddha Kanwil Kemenag Prov. Kalbar
turut serta sebagai narasumber dalam kegiatan tersebut dengan judul “Peranan
Nilai-Nilai Karakter Bangsa Dalam Kurukulum 2013”
Dalam materinya Saryono mengatakan Beruntung …!!! Ya….sungguh
beruntung kita memiliki Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara. Seorang
tokoh legendaris yang hidup dijaman konvesional namun memiliki jangkau pemikiran
yang luar biasa sehinga menembus di jaman kekinian.
“Menurut hemat saya,
Ki Hajar Dewantara yang memiliki pemikiran pendidijan Barat dan aliran
kebatinan yang mengusahakan “kebahagiaan diri, bangsa, dan kemanusiaan.” Dalam
mengembangkan pendidikan nasional yang terkenal dengan sebutan “tut wuri
handayani”. Semboyan ini berasal dari ungkapan aslinya “ing ngarsa sung tulada,
ing madya mangun kasa, tur wuri handayani”. Ing Ngarsa Sung Tulasa: di depan
memberikan keteladanan. Sebagai orang tua, guru atau sebagai pimpinan,
anak-anak, para murid dan para bawahan mulai mandiri, menjalankan hal yang
benar, mereka wajib diberi dorongan, diberi semangat. Kepedulian terhadap
perkembangan anak, murid dan bawahan diwujudkan dengan memberi dorongan kepada
mereka untuk menjalankan hal yang benar. Seorang anak, murid atau bnawahan
perlu diberikan semangat dalam menjalankan kewajibannya. Tut Wuri Handayani: Di
belakang memberi dukungan, contoh dan tauladan kepada mirud-murid atau bawahan
yang mulai percaya diri perlu didorong untuk berada di sepan. Orang tua, guru
atau pimpinan perlu memberi dukungan dari belakabg. Reaksi masyarakat Indonesia
atas pernyataan asas itu berbeda-beda”.
Kurikulum 2013 sesungguhnya menuntut agar para guru dapat
membangkitkan kembali, dapat menumbuhkembangkan nilai-nilai karakter bangsa
demi keutuhan dan kejayaan bangsa dimasa mendatang. Terdapat beberapa faktor
yang mendukung pendidikan karakter anak adalah guru, guru tentunya harus tahu
tujuannya sebagai guru, bukan alasan utama untuk menjadi profesi guru untuk
mencari nafkah demi keluarga saja Tetaplah berpedoman bahwa seorang guru adalah
pahlawan tanpa tanda jasa, bukan pahlawab dengan banyak jasa. Guru memiliki
tanggung jawab untuk membantu siswa menyesuaikan diri dengan kurikulum 2013
yang kini berlaku di Indonesia.
Ada 18 bitur nilai-nilai pendidikan karakter bangsa yaitu,
Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri,
Demokratid, Rasa Ingin Tahu, Semangat, Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai
Prestasi, Bersahabat/Komunikatif, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli
Lingkungan, Peduli Sosial dan Tanggung Jawab. Nilai-nilai karakter bangsa
tersebut harus bisa diimplementasikan dalam bentuk inspirasi dari masing-masing
karakter peserta didik dalam nilai-nilai Dhamma sebagai berikut yaitu:
keyakinan (Saddha), kemoralan (Sila). Kedermawanan (Cagga), belajar/mendengar (Sutta), dan kebijaksanaan (Panna) dalam Bodhi 1997;A.III.80.
Nilai-nilai Dhamma tersebut bukan merupakan tujuan, tetapi
sebagai rakit untuk menyebarang. “karena saya mengajak kepada guru pendidikan
agama Buddha untuk memeluk agama Buddha sebagai perahu yang dapat dioperasikan
secara benar, dapat digunakan untuk menyebrang menuju tercapainya pembebasan
akhir” tegas Saryono.
0 komentar:
Posting Komentar