Sambas (bimasbuddha) - Pembimbing Masyarakat Buddha Kanwil Kemenag Kalbar menghadiri penutupan Festival Cap Go Meh di Kota Pemangkat dilaksanakan di Jalan Mohammad Hambal, Kec. Pemangkat, Kab. Sambas dilaksanakan pada hari Minggu 4 Maret 2018. Adapun puncak perayaan Festival Cap Go Meh berlangsung pada Hari Sabtu, 3 Maret 2018 ribuan warga Pemangkat dan sekitarnya, tumpah ruah memadati tempat acara untuk menyaksikan atraksi Tatung yang dihadirkan panitia Tridharma.
Sambil menikmati suguhan nyanyian dan tari-tarian yang dipersembahkan oleh dari SD, SMP, dan SMA Amkur dan SMA Santosa, Pembimbing Masyarakat Buddha Kanwil Kemenag Prov. Kalbar berbincang-bincang dengan ketua panitia pelaksana terkait acara puncak Pawai Tatung. Selanjutnya Ketua Panitia membeberkan bahwa pada acara puncak Festival Tatung yang telah berlangsung kemarin dihadiri oleh Bupati Landak, Karolin Margret Natasha, Bupati Bengkayang, Suryadman Gidot, Kapolres Sambas, AKBP Cahyo Hadiprabowo, Ketua DPRD Sambas, Arifidiar, Kejari Sambas, Muhammad Kandi, Ketua Panitia perayaan Imlek dan Cap Go Meh Kota Singkawang, Leonardi Tjhai, Ketua Majelis Adat Budaya Tionghoa Kabupaten Sambas, Bruno Tjong Tji Hok, Camat Pemangkat, Agustian Rahmat, Kapolsek Pemangkat Kompol Agus Riyanto, Kepala Desa Pemangkat Kota, Kasful Anwar, dan sejumlah tamu undangan Jakarta dan beberapa daerah lainnya di Indonesia.
Disampaikannya pula bahwa perayaan Cap Go Meh di Kecamatan Pemangkat selalu dilakukan pada hari ke-16, bulan pertama penanggalan kalender Imlek; “Ini merupakan kesepakatan pendahulu kami, bahwa event Cap Go Meh di Pemangkat Kota, setiap tahun selalu diselenggarakan pada hari ke 16, perayaan Imlek atau sehari setelah perayaan event Cap Go Meh di Kota Singkawang. Kesepakatan ini diatur agar tidak bentrok dengan pelaksanaan pawai Tatung di Kota Singkawang, yang setiap tahun dilaksanakan pada hari ke 15,” ungkapnya.
Adapun Tatung yang tampil dalam Festival Cap Go Meh pada tahun ini, disebutkan Siet Cin Cung, keseluruhannya berjumlah 219, terdiri dari 141 Tatung yang membawa tandu parang, dan 78 Tatung pejalan kaki. Para Tatung yang turut memeriahkan puncak perayaan, disebutkan dia selain berasal dari Kecamatan Pemangkat, juga berasal dari Kecamatan Tebas, Semparuk, Selakau, dan Kota Singkawang, “Kami menyampaikan terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Tatung Kota Singkawang, yang setiap tahunnya turut berpartisipasi memeriahkan dan mensukseskan puncak perayaan Cap Go Meh di Pemangkat Kota. Kami berharap, kerjasama antara Tatung Pemangkat dengan Tatung Kota Singkawang dapat terus terjalin dan terus ditingkatkan pada masa-masa mendatang,” ujar Siet Cin Cung.
Acara penutupan Festival Cap Go Meh juga berlangsung sangat meriah dan menarik karena dirangkaikan dengan pembagian hadiah dan pencanutan lima hadiah utama. Turut hadir dalam acara ini adalah Staf Ahli Bupati Sambas, Wakapores, Ketua DPRD, Pembimas Buddha, Kapolsek, Danramil, Camat Pemangkat dan segenap tamu undangan lainnya.
Dalam sambutannya Saryono menyampaikan apresiasi dan mengucapkan terima kasih atas bantuan dan kerjasama semua pihak sehingga acara Cap Go Meh di Kecamatan Pemangkat ini dapat berlangsung secara aman, damai, dan sukses dengan mengucapkan yel- yel ; ”Pemangkat !!! Hebat. Pemangkat !!! Hebat.
Ungkapan apresiasi yang tinggi diungkapkan olehnya dengan mengatakan “ Perbedaan dalam satu kesatuan”. Maksud dari ungkapan tersebut dipertegas lagi dengan uaraian. Kita memang berbeda. Sejak lahir kita sudah dilahirkan dalam konsisi berbeda-beda. Contoh saya dilahirkan menjadi orang jawa. Saya tidak bisa memilih untuk dilahirkan menjadi orang Tionghoa. Sebaliknya, anda dilahirkan menjadi orang Tionghoa karena tidak bisa memilih untuk dilahirkan menjadi orang jawa, tidak bisa memilih untuk dilahirkan menjadi orang Melayu, dan seterusnya. Demikian pula dengan bahasa ibu. Kita tidak bisa memilih bahasa ibu orang jawa, dan berbagai bahasa ibu lainnya, demikian pula dengan adat dan istiadat serta budaya masing-masing. Itulah salah satu hal yang kami maksudkan bahwa kita berbeda.
Adanya perbedaan-perbedaan tersebut merupakan kenyataan hidup bagi seluruh anak bangsa, yaitu Bangsa Indonesia. Sebagai mahluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain maka kita berkewajiban untuk mempersempit perbedaan-perbedaan itu secara arif dan bijaksana sehingga dapat merajut dan mempraktekkan nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa demi tercapainya kedamaian, kesejahteraan, dan kebahagiaan kita bersama. Hal ini dapat di ibaratkan seperti fas bunga. Ia akan menjadi indah jika kita dapat merangkai aneka warna warni bunga secara baik. Dengan demikian maka fas bunga yang terdiri dari bebagai macam jenis dan warna warni bunga menjadi indah, sangat indah, dan menarik bagi semua insan. Itulah yang kami maksudkan dengan “Perbedaan dalam satu kesatuan”. Oleh karenanya kami mengajak kepada semua pihak, mengajak kepada semua umat Buddha agar secara kontinyu untuk bersama-sama membangun nilai-nilai persatuan dan kesatuan bagsa dan menjaga kerukunan hidup bermasyarakat di lingkungan masing-masing.
Lebih lanjut Staf Ahli Bidang Politik yang mewakili Bupati Sambas, dalam sambutan penutupannya menegaskan bahwa seluruh rangkaian acara Cap Go Meh Tahun 2018 di Pemangkat ini dapat berjalan sukses karena kita telah memiliki empat kunci sukses bagi bangsa Indonesia yaitu Empat Pilar Kebangsaan, yaitu: Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhineka Tunggal Ika. Empat pilar kebagsaan inilah yang menjadi perekat dan pemersatu negara tercinta ini. Mari kita bersama-sama bersyukur dan menjada Empat Pilar Kebangsaan ini demi kemajuan dan kejayaan Bangsa Indonesia. Di akhir sambutannya ia memukul gong sebagai pertanda bahwa Festival Cap Go Meh Tahun 2018 di Kecamatan Pemangkat, Kabupaten Sambas ini ditutup secara resmi.







0 komentar:

Posting Komentar

 
Top