Bengkayang – Kegiatan  Pembinaan Manajemen Sekolah Minggu diselenggarakan oleh Kasi Bimas Buddha Kab. Bengkayang pada Minggu (26/3). Kegitan yang belangsung selama satu hari dan dihadiri oleh 33 peserta tersebut dibuka secara resmi oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bengkayang (Mir’ad) yang didampingi oleh Pembimas Buddha Prov. Kalbar, Kasi Bimas Buddha Kab. Bengkayang dan Ketua Panitia. Pada kegiatan kali ini Pembimas Buddha Kanwil Kemenag Prov, Kalbar menghadiri kegiatan tersebut sebagai narasumber.
Sekolah Minggu Buddha merupakan Pendidikan Keagamaan Buddha Non Formal yang diselenggarakan pada setia hari Minggu dalam bentuk kelompok belajar. Mengawali pemaparan materinya Saryono menceritakan secara singkat  mengenai terbentuknya Sekolah Minggu Buddha. “Kita dapat menengok kebelakang; lima tahun. sepuluh tahun, bahkan berpuluh-puluh tahun yang lalu, kita akan dapat menemukan latar belakang dan munculnya Sekolah Minggu Buddha. Sekolah Non Formal ini lahir dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat itu sendiri”
Derita dan keprihatinan masyarakat/umat Buddha saat itu berangkat dari tidak adanya guru Pendidikan Agama Buddha mulai dari sekolah negeri maupun swasta. Orang tua murid menyampaikan keluhannya antara satu dan lainnya selanjutnya diteruskan kepada pengurus cetiya, Vihara, Majelis, dan Lembaga Keagamaan Buddha. Atas dasar itulah maka para tokoh yang perduli dengan pendidikan mengambil inisiatif untuk mengumpulkan anak-anak di Cetiya dan Vihara setiap hari Minggu diajak puja bhakti dan diberikan pelajaran. Ide kreatif tersebut lambat laun menyebar sehingga masing-masing mendirikan Sekolah Minggu Buddha. Itulah  awal lahirnya sekolah minggu buddha. Tambah Sarono dalam penyampaian materinya.
Seiring berjalannya waktu, Sekolah Minggu Buddha terus berkembang namun masing-masing menghadapi kendala yang berbeda-beda. Secara umum kendala tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut: minimnya pengetahuan administrasi, minimnya kesadaran orang tua untuk membawa anaknya ke Sekolah Minggu Buddha, minimnya pengetahuan tentang regulasi, minimya kesadaran untuk menjadi guru Sekolah Minggu Buddha, minimnya sarana dan prasarana juga kesadaran pemerintah.
Saryono menekankan bahwa Kalimantan Barat termasuk termasuk satu daerah yang memiliki potensi amat besar untuk berkembang, namun hingga  saat ini masih banyak bahkan masyarakat di Kab./Kota belum memiliki guru Pendidikan Agama Buddha. Salah satu alternatif/solusi yang dapat dilakukan adalah menata Sekolah Minggu Buddha. Oleh karena itu Pembimas Buddha Kanwil Kemenag Prov. Kalbar mengajak kepada masyarakat, guru, Sekolah Minggu Buddha, Pengurus Sekolah Minggu Buddha, Lembaga dan Majelis untuk bergandengan tangan, bahu-membahu, gotong royong untuk membantu dan mengembangkan Sekolah Minggu Buddha. Sesuai data kami miliki ternyata belum ada satupun Sekolah Minggu Buddha yang memiliki ijin operasional namun sudah memiliki tanda daftar. “Maka mulai saat ini, mulai tahun ini kita urus ijin operasional Sekolah Minggu Buddha dan memasang papan nama sekretariat” tambah Saryono.




0 komentar:

Posting Komentar

 
Top